
Minggu, 29/09/2002
Menuju
Tata Ibadah yang Satu
SAAT
ini hampir bisa dikatakan bahwa setiap denominasi gereja memiliki
liturgi atau tata ibadah yang berbeda-beda. GKI, misalnya, mempunyai
liturgi yang berbeda dengan gereja-gereja Injili, begitu juga dengan
aliran-aliran Pantekostal. Gereja Katolik Roma, tentu saja, memiliki
tata ibadah yang berbeda dari gereja-gereja Protestan.
Apabila kita mengadakan penelusuran sejarah,
maka bisa dijumpai bahwa “perpecahan” itu terjadi seiring dengan
peristiwa reformasi (yang bukan reformasi RI) pada abad ke-16. Sebelum
itu dunia hanya mengenal dua liturgi, yaitu liturgi barat (yang
diwakili oleh gereja Roma) dan liturgi timur (yang digawangi oleh
gereja Konstantinopel, atau yang dikenal juga dengan nama Orthodoks
Timur).
Menurut Pdt. Rasid Rachman, MTh, konvokator Tim
Liturgi GKI sekaligus staf pengajar di STT Jakarta, liturgi
gereja-gereja Protestan yang berasal dari liturgi barat, mengalami
penyebaran (divergensi) satu sama lain, seiring dengan polemik yang
terjadi di dalam tubuh gereja-gereja Protestan sendiri. Divergensi itu
menjadi semakin rumit dengan munculnya ajaran pietisme (yang memberi
penekanan kuat pada urusan kesalehan) dan revivalisme (kebangunan
rohani).
Mengutip James F. White, Rasid mengatakan ada
sembilan induk liturgi gereja-gereja Protestan yang ada di dunia.
Namun itu tidak berarti bahwa gereja-gereja di Indonesia dengan begitu
saja dapat dikelompokan ke dalam salah satu liturgi induk tersebut.
Ada banyak faktor yang menyebabkannya menjadi unik.
Liputan Khusus kali ini mencoba menghadirkan
berbagai upaya yang dilakukan untuk menyikapi kepelbagaian liturgi
tersebut, seraya memberikan gambaran mengenai fungsi dan peran liturgi
dalam kehidupan bergereja.
w
Tim Warta
Artikel
Terkait:
n Dari
Divergensi Menuju Konvergensi
n Pakai
Leksionari demi Keutuhan
n Ibadah
Sebagai Perjumpaan |