
Minggu, 22/09/2002
Oleh: PntK. Stephen Suleeman, MATh, ThM.
Misi
dan Pekabaran Injil
(2)
"Batas Terakhir"
Kapan
Yesus datang kembali ke dunia? Orang Kristen telah menunggu selama
hampir 2000 tahun, tetapi kedatangan-Nya tidak kunjung terjadi.
Mengapa Yesus harus menunda kedatangan-Nya kembali? Pertanyaan-pertanyaan
ini telah berabad-abad mengganggu banyak orang Kristen. Bahkan ketika Paulus
masih hidup pun pertanyaan
ini telah muncul. Mereka yang membaca surat Tesalonika dengan cermat
tentu akan dapat menemukan perubahan yang terjadi dari surat yang
pertama ke surat yang kedua. Dari pengharapan yang berkobar-kobar
menjadi pengharapan yang mencoba lebih “realistis”, sehingga orang
Kristen dianjurkan supaya tidak kendur dalam kerjanya.
Tidak
banyak tulisan yang memberikan penjelasan tentang penundaan ini. Surat
2 Petrus adalah salah satunya. Surat ini berusaha memberikan apologi
tentang sebab-sebab penundaan kedatangan kembali Yesus Kristus. Dalam
perhitungan Allah, satu hari tidak ada bedanya dengan seribu tahun.
Kalau demikian, maka penundaan kedatangan Yesus baru terjadi sekitar
dua hari saja. Jadi, itu bukan masalah
bagi Allah. Namun di pihak lain, kita bisa mempercepat kedatangan-Nya
itu dengan menunjukkan pola kehidupan yang berkenan kepada-Nya.
*
* *
“Islam
adalah perbatasan terakhir yang harus ditaklukkan,” kata David
Cashin, dosen Studi Antar-budaya di Columbia International University
yang saya sebutkan dalam tulisan minggu lalu. Penaklukan ini adalah
salah satu cara untuk mempercepat kedatangan kembali Yesus Kristus.
Bagaimana caranya? Itulah masalah
yang didiskusikan dalam pendidikan
untuk para misionaris di sekolah itu.
David
Cashin sendiri pernah bekerja
di Banglades. Di sana ia mengenakan pakaian
Muslim dan mendekati calon-calon mualafnya di kedai-kedai teh di
Kaliakoir. “Sejarah sudah hampir berakhir,” katanya. “Kalau anda
percaya bahwa Kristus akan datang kembali, mengapa Ia harus menunda
2000 tahun? Tugas yang diberikan-Nya kepada kita belum selesai,”
ujarnya. Tugas itu adalah memenangkan jiwa-jiwa di antara
kelompok-kelompok etnis di dunia.
“Islam
adalah agama palsu dan saya ingin melihat agama ini lenyap,” kata
Kim McHugh, seorang mahasiswa CIU yang sedang belajar untuk
mengkristenkan para pengungsi Iran di Turki. Brent, suaminya, setuju.
“Bila mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk mengalami Yesus,
mereka akan masuk neraka.”
Dayna
Curry dan Heather Mercer sempat ditahan selama tiga bulan oleh pemerintahan
Taliban di Afganistan karena tuduhan melakukan kristenisasi. Mereka
membantah. George Bush mengatakan bahwa kedua orang itu melakukan pelayanan
bagi orang-orang yang paling miskin. Tetapi setelah dibebaskan, di AS
mereka mengaku bahwa mereka melanggar hukum Afganistan dengan
mempertontonkan bagian dari film “Yesus” dan memberikan sebuah
buku cerita Kristen kepada sebuah keluarga Muslim.
Christian
Dedrick, salah seorang mahasiswa di CIU, selama dua tahun mengajarkan
bahasa Inggris di Kazakstan. Ia tinggal dengan salah satu keluarga
setempat, tidur dengan dua orang anak lelaki keluarga tersebut.
Meskipun keluarga itu Muslim yang saleh, Dedrick banyak menghabiskan
waktunya untuk meyakinkan mereka agar menjadi Kristen. Ia membacakan
Alkitab bagi mereka, memperlihatkan film “Yesus” yang secara
gamblang menunjukkan penyaliban Yesus yang bermata biru. “Saya harus
mengatakan kepada mereka apa yang mengubah hidup saya. Mereka tidak
harus menerimanya, tetapi saya harus mengatakannya.” Keluarga itu
tidak menjadi Kristen. Tidak pula mengusir Dedrick yang membayar $50
uang sewa kamar di rumahnya. Uang itu sangat besar jumlahnya bagi
keluarga tersebut.
Seperti
banyak misionaris lainnya yang datang ke CIU, Dedrick terus-menerus
mengevaluasi kembali teknik penginjilannya. Ia menolak bila
dikatakan bahwa pendekatannya itu paternalistik. “Saya banyak
mengajukan pertanyaan
sebelum melakukan penilaian tentang apa yang saya lihat,” katanya.
Tahun depan ia akan kembali ke Asia Tengah. “Orang lain bertepuk
tangan ketika menonton baseball. Saya bertepuk tangan dalam kebaktian.
Dan bila saya mengunjungi suatu kebudayaan
yang 10.000 mil jauhnya dari sini dan tidak menemukan kehidupan yang
benar, kesucian, yang tecermin dalam kebudayaan
tersebut, saya menjadi sedih. Setan telah menipu mereka agar jauh dari
hubungan
dengan Allah, Pencipta mereka.
Tidak
banyak orang Kristen yang dihasilkan dari pekerjaan
Dedrick dan rekan-rekannya. Namun hal itu tidak mengecilkan hati
mereka. “Tujuan
saya bukanlah mengkristenkan seorang Muslim,” kata Al Dobra yang
mempunyai banyak sahabat pengusaha Muslim di Nairobi, Kenya. Setelah
akrab, ia akan berusaha meyakinkan teman-temannya itu tentang
kekeliruan Islam. “Tujuan saya adalah menanamkan benih kecil yang
akan bertumbuh menjadi besar, dan akhirnya mereka akan mempertanyakan
agama mereka. Saya berdoa agar mereka menjadi gelisah dalam tidur
mereka, dan terusik oleh apa yang mereka dengar. Memang itu harapan
yang mengerikan untuk orang lain.”
*
* *
Pemahaman
dan pendekatan yang diambil oleh orang-orang ini mengandung sejumlah
permasalahan. Setidak-tidaknya, apakah kita bisa menerima penafsiran
tentang “penundaan” kedatangan Yesus kembali ke dunia seperti yang
mereka pahami? Ayat-ayat dari 2 Petrus memang seringkali diterima
sebagai dasar bagi penundaan itu. Ditambah dengan pemahaman terhadap
Matius 28:18-20, maka yang dihasilkan adalah semangat penginjilan yang
menggebu-gebu tanpa peduli dengan masalah
etika.
Sementara
itu, Surat Ibrani malah memberikan bacaan lain tentang kedatangan
Yesus Kristus. Dalam Ibrani 10:37 kita menemukan pengharapan yang
besar, bahkan yang mengatakan bahwa Yesus tidak menangguhkan
kedatangan-Nya kembali. Dikatakan di situ: “Sebab
sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang,
sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya.”
Jadi,
persoalannya saya pikir tidak sesederhana yang dipahami oleh para
misionaris di CIU itu.
www |