Lima puluh tujuh tahun sudah
kita menjadi bangsa yang merdeka—setidaknya secara de jure,
kita tidak lagi di bawah kekuasaan politis negara lain. Tapi apa arti
kemerdekaan itu bagi kita, sebagai sebuah bangsa? Ternyata kita tidak
cukup dewasa untuk menentukan sendiri nasib dan masa depan kita.
Apalagi kalau urusan kehidupan berbangsa dan bernegara itu dikaitkan
dengan sikap gereja.
Seorang aktivis (Kristen)
berkata tanpa ekspresi, “Apa lagi sih yang mau dibicarakan
soal gereja?” Ia lantas mengaku, sudah tidak tahu lagi mau berkata
apa tentang peran serta sosial-politik gereja dalam kehidupan
masyarakat kita saat ini. Menurutnya, gereja sudah terlalu tidak
peduli terhadap kehidupan sosial-politik.
“Gua juga nggak
tahu, apakah gereja sadar bahwa tujuh belasan kemarin adalah
yang pertama yang kita rayakan dalam bentuk negara yang baru?”
tanyanya lirih.
Nah, kenapa gereja bisa seperti
itu?