
Minggu, 30/06/2002
Ngapain
Saja Saat Pacaran?
WARTA JEMAAT
- Apabila upaya membangun bahtera rumah tangga sudah dimulai sejak
masa pacaran, maka tentunya periode ini memainkan peran yang sangat
penting.
Walaupun kaum muda yang berasal dari beberapa
gereja, yang sempat ditemui oleh Tim Warta memiliki kesadaran yang
cukup tinggi tentang pentingnya masa pacaran, kecurigaan bahwa
sebagian besar kaum muda menjalani masa pacaran mereka secara
artifisial, masih terasa kuat.
Seperti yang diungkapkan oleh TK. Esther
Solichin, “Biasanya mereka jarang berani bersikap benar-benar
terbuka satu sama lain, karena takut putus.” Hal senada juga
diungkapkan oleh penatua termuda GKI Gading Indah, Pnt. Albert Wiryadi,
“Biasanya yang diobrolin pada tahap awal pacaran hanyalah
hal-hal positif dari diri kita. Yang bagus-bagusnya doang.”
Kalau sampai kecurigaan mereka benar, maka kondisi itu tentu
memprihatinkan.
Namun menurut pengakuan para pemuda yang
dihubungi Tim Warta, masa pacaran tidak selalu diisi dengan obrolan
yang menyenangkan. Mereka sudah juga menyingkung urusan yang “kurang
enak”. Urusan sifat biasanya menjadi prioritas utama percakapan.
Lantas, urusan materi/keuangan serta urusan anak, juga masuk dalam
agenda mereka yang sudah sangat serius. Selain itu, ada juga kesadaran
bahwa perlunya membangun suatu budaya baru dengan pasangan mereka,
yang terlepas dari budaya keluarga masing-masing.
Tentunya hal itu bisa memicu harapan di tengah
peliknya urusan keluarga dewasa ini. Hanya saja, seberapa mendalam
obrolan mereka? Itu yang belum kita ketahui dengan pasti. (mhs)
Joel S. Christiawantho
- 43 tahun
Pacaran buat saya itu menyesuaikan persepsi
hidup. Mencoba mencari tujuan hidup kita itu apa, mau ngapain,
mau mencapai apa? Orang suka bilang saya ini terlalu ideal. Tapi itu
yang saya lakukan. Soalnya saya pacarannya sudah tua, sih. Semua yang
pahit-pahit saya omongin saat itu: sifat, uang, usaha, anak.
Soal anak juga sudah pasti sebelum menikah, saya hanya mau satu.
Soalnya saya harus bertanggung jawab terhadap dia. Bikin sih gampang…
hahaha.
TK. Esther Solichin
- 36
tahun
Saya percaya bahwa kualitas pacaran dan
keluarga sangat ditentukan oleh pribadi masing-masing (suami dan istri,
red.), oleh kematangan personal. Karena itu buat saya,
yang penting adalah berani tampil apa adanya dan menjadi diri sendiri.
Suami saya juga begitu. Dan itu terjadi sejak masa pacaran kami dulu.
Mungkin kami bisa begitu karena sudah berteman lama sebelum pacaran.
Tapi yang jelas, jangan berharap bahwa pasangan nanti akan berubah.
Pandangan begitu bisa berbahaya.
Pnt. Albert Wiryadi
- 28
tahun
Kami pacaran sejak SMA
dulu. Pada awalnya apa juga diobrolin. Yang penting yang
bagus-bagus aja. Nggak kepikir tuh buat ngomongin yang
berat-berat. Belakangan baru lebih tegas dan bicara hal-hal yang lebih
serius. Sedikit-sedikit mulai bicara soal tempat tinggal, soal punya
anak. Yang jelas sifat kena diomongin. Kalau ada masalah
penyelesaiannya biasanya diomong terbuka. Tetap bisa ada perbedaan,
ada sudut pandang masing-masing, ada argumen. Tapi yang penting
dibicarakan secara terbuka. |