
Minggu, 26/05/2002
Oleh: PntK. Stephen Suleeman, MATh, ThM.
Manusia
dan Lingkungannya
(3)
Taman Kota
Saat ini musim semi di Berkeley. Di
musim ini bunga-bunga bermekaran, pohon-pohon yang gundul selama musim
dingin berubah menjadi rindang kembali. Sekitar bulan Februari dan
Maret lalu di sejumlah jalan bermekaran bunga sakura, yang di sini
disebut cherry blossom. Konon kabarnya dulu memang bunga-bunga
ini diperkenalkan dari Jepang ke AS. Untuk pembaca di Indonesia
mungkin gambaran ini tidak banyak bermakna karena sakura tidak tumbuh
di Indonesia. Sayang sekali, kita tidak bisa menikmati keindahannya di
Indonesia.
Selain sakura, banyak rumah yang
dihiasi dengan mawar. Hari-hari ini memang mawar-mawar itu sedang
bermekaran sampai musim gugur mendatang ketika udara sudah semakin
dingin. Mawar-mawar yang ditanam umumnya besar-besar, hampir sebesar
telapak tangan orang dewasa yang dibuka.
Hari Sabtu mendatang Martin Luther
King, Jr. Elementary School akan mengadakan penjualan pohon
buah-buahan dan bunga. Ini adalah hasil proyek anak-anak sekolah itu
selama musim semi ini. Memang, seperti yang pernah saya katakan, ada
sekolah-sekolah tertentu di Berkeley ini yang mengembangkan proyek
menanam berjenis-jenis tanaman dengan murid-muridnya. Untuk proyek itu,
setiap sekolah mempunyai seorang guru khusus. Jadi, anak-anak tidak
hanya belajar secara teoretis tentang berjenis-jenis tanaman dan
pertumbuhannya, melainkan secara langsung juga merasakannya melalui
pekerjaan mereka sendiri.
Banyak lembaga yang memang secara sadar
dan sengaja mengembangkan taman-taman yang indah di lingkungannya.
Louisville Presbyterian Theological Seminary, tempat kami tinggal
selama di Louisville, menggunakan tenaga profesional untuk memelihara
taman dan kampus mereka yang entah beberapa hektare luasnya. Taman
mereka bahkan pernah beberapa kali memperoleh piala kejuaraan seluruh
kota sebagai taman terbaik untuk lembaga atau perkantoran.
Pemerintah kota Berkeley sangat besar
perhatiannya terhadap penghijauan kota. Jalan-jalan kota Berkeley
banyak ditanami dengan bermacam-macam pohon bunga dan buah. Saat ini
ada sejumlah pohon jeruk lemon yang sedang dikembangkan di sejumlah
jalan di kota Berkeley. Sesekali pemerintah kota membagikan kompos
gratis yang diperoleh dari sampah dari rumah-rumah penduduk. Dengan
demikian manusia bisa hidup damai dengan sampah yang diproduksinya,
bahkan memetik keuntungan daripadanya. Untuk maksud itu, memang
diperlukan suatu perencanaan dan tindakan yang sengaja. Dengan
demikian keindahan kota bisa tetap dipertahankan dan dikembangkan.
Berbicara tentang jeruk lemon, saya
pikir saya perlu bicara juga tentang pohon jeruk di depan rumah
manajer Mission Home. Saat ini pohon itu sedang berbunga, dan mungkin
dalam tempo sebulan lagi buah-buahnya sudah bisa dipetik. Pada
kenyataannya memang pohon ini berbuah hampir tanpa kenal berhenti.
Sejak kami tiba di Berkeley bulan Agustus lalu, pohon itu terus
berbuah sampai sekitar Maret lalu. Itu berarti pohon itu terus-menerus
menghasilkan buah selama sekitar 9 bulan dalam satu tahun. Kami sering
sekali memetiki buahnya, sedemikian banyak sehingga beberapa kali
terpaksa kami harus membuang buah-buah yang sudah telanjur membusuk.
Kehadiran bermacam-macam pepohonan di
Berkeley sudah tentu sangat penting untuk kehidupan binatang-binatang
liar, yang juga dilindungi oleh pemerintah setempat. Oleh karenanya,
burung-burung banyak beterbangan dengan bebas di kota ini, khususnya
burung-burung yang memang berasal dari tempat ini, seperti cardinal
dan bluejay.
Taman memang bagian yang penting bagi
manusia. Sayangnya, kesadaran ini tampaknya sangat kurang di
Indonesia. Kebun Binatang Ragunan, misalnya, yang seharusnya menjadi
taman tempat binatang-binatang itu diharapkan bisa hidup dengan nyaman,
malah sempat dipenuhi dengan kios-kios pedagang. Kalau tidak salah
beberapa waktu lalu kios-kios itu sudah disingkirkan. Taman Puring di
daerah Kebayoran, telah lama menjelma menjadi tempat pedagang kaki
lima dan barang-barang bekas. Sejumlah taman lainnya juga telah
beralih fungsi menjadi pompa bensin, kantor kelurahan, kantor hansip,
dll. Suaka margasatwa monyet, burung-burung pantai dan berbagai jenis
binatang laut lainnya di Kapuk, telah lama berubah menjadi kompleks
perumahan mewah Pantai Indah Kapuk, yang awal tahun ini sempat dituduh
sebagai salah satu biang keladi banjir di Jakarta. Tanah di Jakarta
memang langka, namun itu bukan alasan untuk mengubah ruang-ruang
terbuka menjadi bangunan-bangunan permanen.
Sejak manusia kehilangan Taman Firdaus,
tampaknya manusia telah lupa akan pentingnya taman bagi hidupnya.
Manusia seolah-olah hidup di negeri asing. Manusia telah terlalu lama
disibukkan dengan pekerjaannya – mencangkul dan menanam dan memetik
onak duri sebagai hasilnya. Mungkin kita harus berusaha lebih keras
lagi supaya bisa menghadirkan lebih banyak taman di kota-kota kita.
Atau, lebih baik lagi, seperti yang menjadi semboyan Singapura,
mengembangkan kota di dalam taman. www |