
Minggu, 07/04/2002
Oleh: PntK. Stephen Suleeman, MATh, ThM.
Gereja
Indonesia di Amerika Serikat
(6)
Peluang untuk Melayani
Di
California ada majalah “Indonesia Journal” dan “Indonesia
Media” (jangan keliru dengan “Media Indonesia”) yang memuat
berbagai berita dari tanah air maupun kejadian-kejadian yang
menyangkut masyarakat Indonesia di AS khususnya.
Jadi, kami tidak begitu ketinggalan dengan berita-berita dari tanah
air. Apalagi dengan teknologi internet yang berkembang pesat sekarang, saya sama sekali tidak buta dengan peristiwa-peristiwa yang paling
mutakhir di Indonesia.
Namun
demikian, “Indonesia Journal” dan “Indonesia Media” tidak
hanya memuat berita-berita. Tampaknya kedua majalah ini sangat
mengandalkan iklan, sehingga kedua-duanya bisa dibagikan gratis kepada
siapa saja yang berminat. Halaman-halaman
keduanya banyak memuat iklan pengacara yang siap membantu mereka yang
mengalami masalah
dengan hukum. Misalnya mendapatkan
kecelakaan, digigit anjing, terjerat utang, dll. Atau pengacara yang
memberikan jasa keimigrasian, seperti memperpanjang visa, mengganti
visa, mendapatkan asilum, dan green card. Ada lagi iklan-iklan
dokter Indonesia di seluruh California. Mungkin ini bantuan yang
sangat dibutuhkan oleh mereka yang mengalami kesulitan bahasa. Atau, siapa tahu, mereka bisa memberikan potongan khusus
dengan sesama orang Indonesia. Ada iklan real estate yang
menawarkan rumah, di AS maupun di Indonesia, seperti rumah di
“Manadoku”. Ada pula iklan restoran, toko bahan makanan Asia
(Indonesia khususnya),
pelayanan katering, dll.
Yang
ingin saya bicarakan dalam tulisan saya kali ini bukanlah pelayanan
katering, tetapi pelayanan rohani, meskipun sepertinya ada juga
orang-orang yang memberikan pelayanan rohani seperti pelayanan
katering – disuguhkan sesuai dengan selera masing-masing. Bila kita
membuka lembaran-lembaran halaman “Indonesia Journal” dan
“Indonesia Media” kita akan tersentak oleh mencoloknya iklan-iklan
pelayanan gereja di situ. Sudah tentu pelayanan gereja bukanlah
satu-satunya pelayanan rohani yang ditawarkan. Ada juga iklan tentang
kursus membaca Al Qur’an, persekutuan umat Buddhis, dan Indonesian
Catholic Community. Namun kehadiran mereka seolah-olah tenggelam oleh
iklan-iklan gereja itu.
Gereja-gereja
apakah yang diiklankan di situ? Wah, banyak sekali. Ada Gereja Injili
Indonesia, International
Indonesian Christian Fellowship, Gereja Baptis Indonesia, New Joy
Community Church, Bayside Community Church, Gereja Bethel Indonesia,
Indonesian Christian Church, City Blessing Churches in Mid-West,
Indonesian Full Gospel Fellowship, Indonesian Worship Church, Gereja
Isa Almasih, Gereja Misi Injili Indonesia, Gereja Misi Indonesia,
Gereja Protestan Indonesia, HKBP, Gereja Pantekosta di Indonesia,
Gereja Presbyterian Indonesia, dan Successful Bethany Families. Oh ya,
ada juga GKI Anugrah yang mencantumkan nama pendetanya dengan
catatan dalam kurung di belakang namanya “Asal GKI Jabar Sinode
Am”. Cuma GKI San
Francisco belum merasa perlu memasang iklan di kedua majalah itu.
Banyak
di antara
gereja-gereja ini yang memakai nama dalam bahasa Inggris,
walaupun bagi saya nama itu tidak berarti apa-apa, bahkan membuat saya
bertanya-tanya. Misalnya, apa maksudnya City Blessing Churches?
Gereja-gereja Memberkati Kota? Bagaimana caranya? Mungkin mereka mempunyai banyak sekali program pelayanan kepada orang-orang miskin dan tuna wisma
di kota itu. Atau Indonesian Worship Church. Apakah maksudnya di sini
“Gereja yang Beribadah dalam bahasa Indonesia”? Atau “Gereja untuk orang Indonesia
yang beribadah”? Artinya, kalau dia tidak beribadah tentu bukan di
situ gerejanya? Atau “Gereja Presbyterian
Indonesia” yang mencoba mempromosikan dirinya sebagai Gereja
yang terdaftar di Departemen Agama RI. Nah, ini jelas menunjukkan
kebingungan para pengurus Gereja ini. Yang penting bagi sebuah Gereja
yang hidup dan melayani di AS adalah terdaftar di pemerintah AS, bukan
di Departemen Agama RI. Apa yang bisa dilakukan oleh Dep. Agama RI
apabila Gereja ini mengalami masalah
di AS?
Saya
kuatir banyak di antara gereja ini yang memilih nama lebih untuk gagah-gagahan, bukan untuk
menunjukkan identitas dirinya, ajaran, ataupun misinya. Kalaupun ada,
mungkin pemahaman
itu hanyalah sebatas dikotomi antara
evangelikal dan ekumenikal. Oleh
karena itu,
Pdt. Caleb Tong, misalnya, tidak punya masalah dalam memimpin KKR di Gereja Baptis, walaupun teologi
Reformed yang dianutnya itu jelas-jelas tidak sama dengan teologi
Gereja Baptis.
Di
luar itu, saya pikir, pada dasarnya memang ada kebutuhan di antara
orang-orang Indonesia di sini – atau di manapun juga – untuk
berkumpul dan beribadah dengan sesama mereka dan dalam bahasa
mereka sendiri. Memang, tidak sedikit di antara mereka yang sudah fasih berbahasa Inggris,
namun tampaknya beribadah dalam bahasa
sendiri memberikan rasa tenteram tersendiri. Betapapun, bersekutu
dengan orang-orang yang berbahasa lain dengan warna kulit yang lain
pula, tampaknya belum cukup membayar kerinduan orang-orang ini untuk
menggunakan bahasanya sendiri.
Di
sini saya teringat akan konsep misi GKI SW Jabar yang membatasi
dirinya dalam pelayanan di Jawa Barat dan Lampung – yang toh
sudah diterabas dengan dibentuknya GKI Batam. Kita cenderung untuk menganjurkan anggota-anggota kita untuk mencari Gereja yang seasas
dan seajaran dengan GKI apabila mereka bertugas atau belajar di luar
negeri. “Cari saja Gereja Presbyterian di sana,” begitu kita
katakan, tanpa menyadari bahwa yang namanya Gereja Presbyterian juga bisa beraneka-ragam warna dan ajarannya. Kita juga
mungkin tidak pernah membayangkan bahwa di suatu daerah tertentu
mungkin saja Gereja seperti itu tidak ada, dan untuk mencarinya kadang-kadang
orang harus menempuh jarak yang cukup jauh. Ini tidak gampang apabila
kita tidak mempunyai
alat transportasi sendiri. Dengan globalisasi dan semakin terbukanya
batas-batas imajiner antar-negara,
barangkali sudah waktunya kita memikirkan kembali konsep
misi kita tersebut. Mungkin memang sebaiknya kita juga berusaha mengembangkan
pelayanan kita kepada anggota-anggota kita sendiri yang kehausan akan
pelayanan yang sudah biasa mereka peroleh. ***
|