
Minggu, 07/04/2002
Oleh: Tim Warta
Seputar
Paskah (yang) Itu...
Paskah
baru saja kita lewati. Dan kita melewatinya dengan perayaan yang boleh
dibilang “luar biasa” — maksudnya benar-benar di luar kebiasaan
—, yaitu dengan pagelaran Kantata Paskah bertajuk Once and for
All, Sekali untuk Selamanya.
Namun,
selain pagelaran itu, adakah Paskah mengguratkan makna dalam hati
kita? O ya, pasti kita semua tahu bahwa makna Paskah adalah peristiwa
kebangkitan Tuhan Yesus dari kematianNya, dan itu berarti
kemenanganNya atas maut dan kuasa dosa. Tapi—maaf, kalau kalimat
berikut ini terdengar sarkastik—selain pengetahuan yang sifatnya
kognitif
itu, adakah makna Paskah bagi kita?
Menyimpang
sedikit. Sebagaimana kita tahu, yang namanya iman dalam kehidupan
manusia itu terdiri dari tiga aspek: kognitif (yang menyangkut
pengetahuan dan akal budi), afektif (yang menyangkut perasaan dan
keterlibatan emosional), serta psikomotorik (yang menyangkut perbuatan
nyata). Orang yang beriman jadinya adalah orang yang kenal
(tahu) siapa Tuhannya, mampu merasakan kedekatan spiritual
dengan Tuhannya, serta melakukan kehendak Tuhannya di dalam
kehidupan sehari-hari.
Iman
yang lengkap adalah iman yang mencakup ketiga aspek itu. Nah,
persoalannya, apakah Paskah yang baru saja kita rayakan itu mampu
menyentuh ketiga aspek iman itu? Secara pengertian akal-budi
(kognitif), pasti kita tahu bahwa itulah peristiwa kemenangan Tuhan
Yesus atas dosa dan maut. Namun apakah kita turut terlibat secara
emosional (afektif), dalam proses penderitaan dan kemenanganNya?
Apakah kita turut merasakan setiap tetes darah yang tertumpah untuk
menggenapi keselamatan itu? Terlebih lagi, apakah peristiwa Paskah
mampu memperbaharui cara hidup kita selaku orang Kristen?
Setelah
perayaan yang “luar biasa” itu, mestinya pertanyaan di atas bisa
menjadi bahan perenungan kita. Supaya Paskah tidak menjadi sia-sia… (TIM
WARTA)
|