
Minggu, 20/01/2002
Oleh: PntK. Stephen Suleeman, MATh, ThM.
Pendidikan
Dasar
(2)
Subsidi
Pelajaran di sekolah
dasar di AS berlangsung dari pk. 9.00-15.00 dengan istirahat makanan
kecil (snack) pk. 10.00 dan makan siang pada pk. 12.45
selama sekitar 30 menit. Setiap murid harus membawa makanan kecil dan
minumannya sendiri. Untuk makan siang, setiap sekolah mempunyai kantin
dan murid diharuskan makan di situ. Menu di kantin itu beraneka-ragam,
mis. pizza, chicken nugget (potongan dada ayam goreng sebesar
jempol), hamburger, dll. Menu ini berganti-ganti setiap hari dan
berlaku untuk semua sekolah di Berkeley. Entahlah kalau menu itu juga
berlaku untuk seluruh negara bagian. Siapakah yang mendapatkan kontrak
memasok makanan ini? Penghasilannya tentu luar biasa yang tidak akan
terpengaruh oleh krisis apapun.
Daftar menu diberikan setiap bulan sehingga murid
tahu apa yang akan disediakan. Mungkin sebaiknya saya muat menu untuk
seminggu itu (lihat boks).
14 Januari |
15 Januari |
16 Januari |
17 Januari |
18 Januari |
Grilled cheese sandwich
Teriyaki dippers w/ riceWalking saladFresh fruitCarrots dip |
Lunchable w/ yogurt
Meat, carrot, crackers
Chicken burger/bun
Peanut butter jam sandwich
Fresh fruitApple juice |
Nachos w/ meat and cheese
Cheese pizza
Fresh fruitGrape juice |
Pepperoni pizza pocket
Bean and cheese burrito w/ salsa
Berkeley walking saladFresh fruitMini side salad |
Organic lasagna w/ string cheese
Chicken nugget w/ corn muffin
Peanut butter sandwich
Fresh fruit
Wild berry juice |
Kelihatannya banyak sekali makan siang murid-murid
SD ini, tapi sebetulnya tidak demikian, karena murid hanya boleh
memilih satu jenis makanan dari menu utamanya. Sementara itu, salad
dan buah-buahan sudah termasuk dalam menu. Dalam setiap menu juga
tersedia makanan sayuran bergizi untuk mereka yang vegetarian
(tercetak dengan huruf miring dalam menu).
Selain itu, sekolah juga menyediakan makan pagi
untuk murid-murid yang orangtuanya tidak sempat menyediakan makan pagi
untuk mereka. Menu makan pagi biasanya berupa cereal, waffle,
roti panggang, dll. dengan satu menu lainnya.
Makan pagi bisa dibeli dengan harga $1.00,
sedangkan makan siang $2.00. Ini sedikit lebih mahal daripada di
Louisville, karena di sana harga makan siang hanya $1.50. Sudah tentu,
harga ini tidak boleh dikurs ke dalam rupiah, karena harganya akan
menjadi terlalu mahal. Bila dibandingkan dengan upah kerja orang per
jam, yaitu minimal $8.00, maka itu berarti biaya makan murid di atas
hanyalah upah kerja selama 15 menit. Bila di Jakarta upah kerja orang
per hari (katakanlah) Rp. 30.000, sehingga upah per jam Rp. 3.750. Itu
berarti, biaya makan siang murid SD di AS sebanding dengan Rp. 937.50.
Saya pikir biaya ini sangat murah untuk standar Jakarta. Bahkan jauh
lebih murah daripada biaya makan di warteg.
Meskipun demikian, biaya $2.00 ini terasa cukup
mahal untuk sebagian orang di sini, termasuk kami yang tidak bekerja,
karena kuliah penuh waktu. Untuk itu, pemerintah menyediakan bantuan,
sehingga murid bisa mendapatkan makanan gratis. Namun untuk
mendapatkannya orangtua harus mengisi formulir dan membuat pernyataan
tentang penghasilannya. Formulir ini kemudian diperiksa oleh Berkeley
Unified School District yang akan memberikan persetujuannya.
Bantuan pemerintah untuk pendidikan memang luar
biasa. Bentuk bantuan lainnya berupa pendidikan gratis untuk semua
murid dari sekolah dasar sampai High School. Murid juga tidak diminta
satu sen pun uang pangkal untuk masuk sekolah. Pemerintah juga
menyediakan buku pelajaran secara cuma-cuma. Sudah tentu, buku ini
harus dipelihara baik-baik, tidak boleh dicoret-coret, dll. Buku ini
harus dikembalikan ketika tahun pelajaran berakhir, dan dapat
dipergunakan oleh angkatan berikutnya. Dengan demikian maka orangtua
murid tidak harus pusing-pusing mencari buku-buku pelajaran. Ini
sangat berbeda dengan di Indonesia. Setiap tahun buku pelajaran
berganti sehingga orangtua tidak bisa menggunakan buku yang sama untuk
anak yang lebih muda walaupun ia belajar di sekolah yang sama.
Selain mata pelajaran inti yang telah saya sebutkan
pada minggu yang lalu, murid-murid di SD juga mendapatkan mata
pelajaran musik. Untuk pelajaran ini, murid bisa memilih satu dari
sejumlah alat musik yang diajarkan, yaitu: flute, klarinet, trombon,
terompet, cello, dan biola. Semua alat musiknya disediakan oleh BUSD,
sehingga murid tidak perlu membelinya sendiri. Ini tentu
menguntungkan, karena murid bisa belajar berkenalan dengan sebuah alat
musik yang baru, tanpa harus membeli instrumennya sendiri. Misalnya,
Gita sudah belajar piano di Jakarta, namun di sekolah tidak ada
pelajaran piano. Karena itu saya menganjurkan ia mengambil cello, yang
tidak begitu dikenal dan umum dipelajari di Indonesia. Tetapi harga
cello mahal sekali. Sebuah cello full size yang cukup baik bisa
berharga $1.000. Apa jadinya bila kami membeli cello dan ternyata
kemudian Gita bosan memainkannya? Untunglah, BUSD menyediakan cukup
banyak cello pinjaman. Murid hanya diminta membayar $10 per tahun
untuk mengasuransikan alat musik yang dipinjamnya.
Hal ini mengingatkan saya akan usaha pengembangan
Jurusan Musik Gereja di STT Jakarta. Setelah beberapa angkatan terasa
semakin sulit menemukan mahasiswa yang sudah siap dengan pengetahuan
dan ketrampilan dasar musik yang memadai untuk bisa melanjutkan ke
jenjang pendidikan akademik/praktis. Di Indonesia ternyata pelajaran
musik belum menjadi kebutuhan utama. Masih banyak hal yang harus
diprioritaskan sebelum orang bisa “memboroskan” waktu dan tenaga
untuk belajar musik. |