
Minggu, 30/12/2001
Oleh: TK. Martin Hartono, Pnt. Joel Setiawan, Pnt. Markus Hidajat
Laporan
Akhir Tahun Unit PPS
GKI Gading Indah
A Happy Ending Story
Tugas terakhir yang harus dilakukan
Unit Pengembangan, Pembinaan, dan Sistem (PPS) di akhir tahun ini
adalah membuat semacam analisa atas kehidupan jemaat GKI Gading Indah
sepanjang tahun 2001. Bukan tugas yang terlalu mudah, karena ada
begitu banyak aspek yang harus diperhitungkan dalam dinamika kehidupan
kita bersama.
Dengan berat hati, penelusuran itu
agaknya harus dimulai dengan sisa-sisa “pergumulan” tahun 2000
lalu; di mana GKI Gading Indah telah mengalami cobaan yang tidak
ringan yang meresap ke dalam hampir seluruh aspek kehidupan berjemaat.
Tadinya, kami dari Unit PPS sempat ragu-ragu untuk mengungkapkan
kembali hal itu. Takut kalau-kalau persoalan lama itu kembali menguak
luka lama, yang sudah bersama-sama coba kita sembuhkan. Namun
akhirnya, kami membe-ranikan diri untuk tetap mengulasnya, dengan
pertimbangan bahwa suka atau tidak, senang atau tidak, hal itu adalah
bagian dari hidup kita yang tetap harus kita sikapi secara dewasa.
Namun demikian, betapa kita juga harus bersyukur kepada Tuhan, karena
awal yang kurang menyenangkan itu, dalam satu tahun perjalanan kita,
boleh berubah menjadi keadaan jauh lebih baik, lebih menyenangkan, dan
lebih kondusif. Pendek kata, boleh dibilang bahwa sepanjang tahun 2001
telah terjadi perubahan yang sangat positif dalam kehidupan jemaat GKI
Gading Indah.
Apabila di tahun 2000 lalu banyak
sekali kegiatan jemaat yang terbengkalai, maka di tahun 2001 ini
terlihat jelas terjadi banyak perubahan positif. Unit PPS mencatat
beberapa hal yang kasat mata, yang boleh dibilang sebagai
momentum-momentum penting dalam perjalanan kehidupan jemaat kita. Awal
tahun 2001 ini ditandai dengan emeritasi Pdt. Suatami Sutedja; pendeta
pertama di GKI Gading Indah sejak tahun 1994, yang saat itu memasuki
usia 60 tahun. Walaupun sampai saat ini Pdt. Em. Suatami Sutedja masih
ada di tengah kita, namun secara simbolis peristiwa emeritasi itu
agaknya mempengaruhi kehidupan jemaat kita.
Hal lain yang dicatat oleh Unit PPS
adalah masuknya Ibu Esther Solichin dan Ibu Anny Gosana ke dalam
jajaran Tenaga Kategorial di GKI Ga-ding Indah. Keduanya adalah
Sarjana Teologi jebolan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW),
Yogyakarta. Ibu Esther bertugas menggawangi Komisi Anak, sementara Ibu
Anny mengurusi peribadahan dan liturgi. Sementara itu berbagai
aktivitas kembali berjalan. Program Kegiatan Terpadu (PKT) kembali
bergulir. Ada dua PKT yang terlaksana di tahun 2001 ini setelah vakuum
selama 2 tahun. Persekutuan Wilayah juga berjalan kembali sesuai
rencana. Hanya saja formatnya sedikit berubah, yaitu memanfaatkan
pembicara dari luar (non-GKI Gading Indah) dan memberi porsi yang
lebih besar pada aspek pembinaan. Para Penatua juga mendapat jatah
pembinaan secara lebih serius, dengan memasukan sekaligus pengetahuan
teoritis dan ketrampilan praktis. Hal lain lagi adalah berlangsungnya
beberapa acara retreat, seperti Retreat Atestan yang baru
pertama kali diadakan, Retreat Komisi Remaja, Camp Komisi Anak,
Kebaktian Padang Komisi Dewasa, dan beberapa acara pembinaan pengurus
komisi. Khusus Retreat Atestan, acara itu berlangsung bersamaan dengan
Retreat Calon Baptis/Sidi.
Pelayanan ke luar melalaui berbagai
kegiatan Oikmas (Oikumene-Masyarakat) juga berjalan bagus. Selain
kegiatan rutin—seperti donor darah, pelayanan LP (Lembaga
Pemasyarakatan), pelayanan kesehatan, dan beasiswa anak-asuh—,
beberapa kali Komisi Oikmas menggalang kegiatan sosial bersama dengan
gereja-gereja sahabat dan pihak pemerintah.
* * *
Selain semua itu, ada tiga hal menonjol
yang perlu dicatat pada tahun ini. Pertama adalah pindahnya kelas
pra-remaja yang selama ini diasuh oleh Komisi Anak ke Komisi Remaja
pada pertengahan tahun. Kelas pra-remaja pun berganti tajuk menjadi
“Remaja Junior”. Selama setengah tahun, mereka mengadakan ibadah
secara terpisah dengan kakak-kakak mereka yang senior, sambil
mempersiapkan diri memasuki lingkungan yang lebih “terbuka”. Awal
tahun depan mereka diharapkan telah siap bergabung dengan para senior
mereka. Seiring dengan masuknya remaja junior, para senior yang telah
duduk di bangku kuliah akan dipindah ke Komisi Pemuda – komisi yang
selama ini mandeg, karena kekurangan massa.
Hal kedua adalah pengetatan disiplin
dalam Komisi Anak. Tanpa mengurangi rasa hormat tehadap para Guru
Sekolah Minggu (GSM) yang telah berjerih-payah meluangkan waktu,
tenaga, daya dan upaya untuk mendidik anak-anak kita, harus
disayangkan bahwa banyak di antara mereka yang tidak bergereja di GKI
Gading Indah. Kini semua GSM harus bergereja di GKI Gading Indah. Hal
itu dicanangkan dalam rangka disiplin dan tanggung jawab selaku gereja
Tuhan yang bernama GKI. Di samping itu mereka harus mengikuti
persiapan mengajar. Tanpa persiapan, GSM tidak boleh mengajar kelas
Sekolah Minggu.
Ketiga, adalah soal peribadahan dan
liturgi jemaat. Urusan yang satu ini juga terlihat mendapat perhatian
yang cukup besar dari Majelis Jemaat, khususnya juga dalam hubungan
dengan kalender gerejawi. Komitmen untuk meningkatkan kualitas
peribadahan jemaat itu rupanya coba dipenuhi oleh Majelis Jemaat.
Selain liturgi, bisa kita lihat juga bahwa kesenian – termasuk di
dalamnya paduan suara dan vocal group – mulai menampakkan
kinerja yang menggembirakan. Tanpa terlepas dari segala kekurangan
yang ada, salah satu hasilnya adalah apa yang baru saja kita alami
pada Natal kemarin.
* * *
Di dalam berbagai aktivitas dan
peristiwa yang terjadi selama tahun 2001 itu, dengan jelas bisa
dirasakan adanya semacam “gerakan kebangkitan” menuju ke
arah yang lebih baik. Apabila kita mengikuti aktivitas-aktivitas yang
terjadi belakangan ini, akan sangat terasa adanya semangat yang
menggebu dari berbagai pihak untuk memperbaiki keadaan dan memulihkan
tata kehidupan jemaat kita. Bahkan pada beberapa kesempatan, semangat
itu bisa jadi sampai pada tahap ingin mewujudkan “a better life”
– suatu kualitas hidup (bergereja) yang lebih baik. Dalam suatu
kesempatan, seorang remaja (kira-kira) pernah berkata begini, “Kita
ini seperti sebuah keluarga. Kita mesti menularkan perasaan
kebersamaan kepada semua remaja…”
Tanpa mau menjadi ge-er,
bolehlah kita katakan bahwa telah terjadi suatu proses pembenahan
diri, penataan ulang sendi-sendi kehidupan jemaat GKI Gading Indah
yang sempat terkoyak. Sehingga di akhir tahun ini, kita bisa merasakan
adanya suasana yang jauh lebih kondusif dibandingkan di awal tahun.
Mungkin sekali proses yang terjadi itu
adalah semacam “arus balik” dari pergerakan sebuah bandul. Setelah
mengalami banyak tekanan sepanjang tahun 2000 – tidak hanya secara
internal, tetapi juga dalam konteks nasional –, tiba-tiba kita
merasakan adanya suasana yang lebih kondusif. Namun yang menarik dari
proses itu adalah (entah disadari atau tidak) “arus balik” itu
ditangkap begitu rupa secara bersama-sama sebagai semacam momentum
untuk memperbaiki keadaan.
Pertanyaan yang bisa diajukan di sini
adalah, apa yang menyebabkan hal itu bisa terjadi? Tentunya ada banyak
kemungkinan yang bisa menjadi penyebab. Namun, rasanya peristiwa
emeritasi Pdt. Suatami memainkan peran simbolis yang cukup kuat,
khususnya di antara para Penatua dan aktivis secara umum. Emeritasi
itu seakan-akan menjadi moment yang menggugah dan mendinamisasi
kehidupan jemaat. Tiba-tiba saja, jemaat GKI Gading Indah harus
mengurus dirinya sendiri, tanpa kehadiran seorang gembala. Peristiwa
7-11 tahun lalu, ketika GKI Gading Indah baru berdiri – dan tidak
mempunyai gembala – tiba-tiba terulang kembali. Dan hal itu, secara
positif, memunculkan kembali semangat dan tanggung jawab yang dulu
pernah berkobar, ketika seluruh jemaat bersama-sama mencoba
menghadirkan GKI Gading Indah yang masih bayi ke tengah kehidupan
masyarakat. Mungkin sekali proses itu terjadi tanpa disadari. Namun
seorang penatua sempat berkata begini, “Ada jiwa kebersamaan yang
saya rasakan sama seperti dulu.” Mungkin saja memang begitu.
Catatan terakhir yang agaknya tidak
bisa kita abaikan adalah identifikasi diri yang semakin kuat – bukan
saja pada aras Majelis Jemaat tetapi juga aktivis dan anggota jemaat
– bahwa GKI Gading Indah adalah jemaat Tuhan yang bernama GKI. Dalam
banyak sekali aspek dapat kita rasakan bahwa ada semangat untuk
menjadi jemaat GKI yang baik – bahkan kalau perlu berbeda dari yang
lain –, tapi bukan menjadi “yang lain”. Mengapa gejala
tersebut bisa semakin nampak, bukanlah pertanyaan yang mudah untuk
dijawab. Apakah hal itu berhubungannya dengan peristiwa-peristiwa
nasional yang semakin menampakkan pluralitas bangsa kita – sehingga
kita berpikir “tidak apa-apa kita berbeda daripada yang lain”?
Ataukah karena keyakinan bahwa apa yang selama ini kita pegang
ternyata mampu mengakomodasi kebutuhan hidup iman kita secara konkret?
Atau, apakah kedua-duanya saling melengkapi?
Terlepas dari semua itu, tidaklah
berlebihan apabila kita katakan bahwa apa yang Tuhan biarkan terjadi
pada GKI Gading Indah selama tahun 2001 ini, sangat luar biasa.
Ke depan, yang menjadi tugas kita
adalah memelihara momentum kebangkitan ini (selama mungkin) agar kita
dapat senantiasa bertumbuh, dan tentunya semakin menjadi berkat dan
memuliakan nama Tuhan.
Akhir kata, apa yang diungkapkan di
atas ini tentunya bukan sesuatu yang final. Bahkan boleh jadi jauh
dari sempurna. Untuk itu Unit PPS mohon maaf apabila ada kesalahan dan
hal-hal yang tidak berkenan. Tetapi di tengah kegembiraan akhir tahun
ini, kami hendak mengucapkan “Selamat Tahun Baru”. Semoga tahun
depan, kegembiraan yang sama bisa tetap kita rasakan. |