Agama:
Soal Kasih
Dua bersaudara, yang
seorang membujang, yang lain kawin, punya ladang yang subur
menghasilkan gandum berlimpah. Separuh diberikan kepada saudara
yang satu dan separuhnya kepada yang lain.
Semua berjalan baik pada awal.
Lalu terkadang saja, orang yang kawin mulai bangun terjaga dari
tidurnya di malam hari dan berpikir: “Ini tidak adil.
Saudaraku tidak kawin dan mendapatkan separuh hasil ladang. Di
sini aku dengan istri dan lima anak. Jadi aku terjamin aman di
masa tua. Tetapi siapa yang menjaga saudaraku kalau ia jadi tua?
Ia harus menyimpan lebih banyak bagi masa depannya. Kebutuhannya
sebenarnya lebih besar daripada saya.”
Dengan itu ia bangun tidur,
diam-diam menyelinap ke tempat saudaranya dan memasukan sekarung
gandum dalam lumbung saudarany.
Si bujang juga mendapatkan ilham
sama di waktu malam. Kadang-kadang ia bangun dari tidurnya dan
berkata kepada dirinya: “Ini jelas tidak adil. Saudaraku punya
istri dan lima anak, dan ia mendapatkan separuh hasil tanah.
Sementara aku tidak punya tanggungan selain diriku sendiri. Maka
tidak wajar kalau ia harus menerima tepat sama seperti saya.”
Lalu ia keluar dari tempat tidurnya dan memasukan sekarung
gandum di lumbung saudaranya.
Pada suatu hari mereka bangun
tidur pada waktu yang sama dan lari bertabrakan. Masing-masing
menggendong sekarung gandum!
Bertahun-tahun kemudian, sesudah
mati, kisah itu diketemukan. Maka ketika orang sekota itu mau
membangun kenisah, mereka memilih tempat di mana dua saudara itu
bertemu. Sebab mereka tidak bisa memikirkan tempat lain di kota
yang lebih suci daripada itu.
Perbedaan penting dalam agama itu
bukan antara yang beribadah dan mereka yang tidak beribadah,
tetapi antara mereka yang mencinta dan yang tidak.
|