Berbagi
Baklava
Seorang ilmuwan
asing datang ke Aksehir dan menantang kercerdasan dari
semua orang pandai di kota itu. Segera para penduduk memanggil
Nasruddin Hoja. Ketika Hoja tiba di tempat itu, sang ilmuwan
menggambar sebuah lingkaran di pasir dengan sebuah tongkat. Hoja
terlihat marah, mengambil tongkat itu dan membagi lingkaran
menjadi dua.
Sang ilmuwan
menggambar sebuah garis lain secara melintang yang membagi
lingkaran menjadi empat bagian. Hoja berpura-pura mengambil tiga
bagian untuk dirinya sendiri dan mendorong satu bagian ke arah
sang ilmuwan.
Sang ilmuwan
lalu mengangkat tangannya ke atas kepalanya dan
menggerak-gerakkan jari-jari tanganya, lalu perlahan-lahan
menurunkan tangannya ke tanah. Hoja melakukan hal yang sama
namun dengan arah berlawanan, menggerakkan tangannya dari bawah
ke atas.
Dan, hal itu
menyelesaikan ujian dari sang ilmuwan—yang diuraikannya secara
pribadi kepada Dewan Kota demikian:
“Hoja itu
orang yang sangat pandai. Saya menyatakan bahwa bumi itu bulat
dan ia setuju, tapi ia menambahkan bahwa bumi juga mempunyai
garis katulistiwa. Ketika saya membagi bumi menjadi empat, ia
mengatakan bahwa 3 bagiannya adalah air dan satu bagian adalah
daratan. Saya tak bisa menyangkal itu. Akhirnya saya menanyakan,
dari mana asalnya hujan? Dan ia menjawab dengan tepat bahwa air
naik ke langit dalam bentuk uap, menjadi awan, dan kemudian
kembali dalam bentuk hujan.”
Ketika melihat
Hoja sedang sendirian, seorang penduduk kota bertanya apa
sebenarnya tantangan sang ilmuwan tadi? Hoja berkata:
“Begini,
pertama-tama dia mengatakan bahwa kami mempunyai seloyang
baklava (Baklava
adalah makanan penutup, semacam kue manis yang rasanya sangat
sedap dengan rajangan kacang
-- red.).
Lalu kukatakan, ‘Kamu tidak bisa memakannya sendiri. Jadi, aku
ambil setengahnya.’ Lalu ia menjadi sedikit kasar,
‘Bagaimana kalau dibagi jadi empat?’ Itu mengecewakanku,
jadi kukatakan, ‘Aku ambil tiga, dan kamu satu saja.’ Hal
itu kukira cukup membuatnya tenang, karena melalui gerakan
tangannya, ia mau mengatakan, ’Baiklah, bagaimana kalau
kutambahkan rajangan kacang di atas baklava kita?’ Aku pun
menjadi tenang dan berkata, ’Aku setuju, tapi kau harus
membakarnya dengan api yang besar, karena api arang tak cukup
panas.’ Ketika kukatakan hal itu, ia tahu bahwa aku benar dan
ia mengaku kalah.”
Orang
yang berbeda ternyata bisa memahami satu hal dengan cara yang
sama sekali lain.
|