:: home :: index ::

 

Minggu, 28/04/2002
 

Berbagi Baklava

Seorang ilmuwan asing datang ke Aksehir dan menantang kercerdasan dari semua orang pandai di kota itu. Segera para penduduk memanggil Nasruddin Hoja. Ketika Hoja tiba di tempat itu, sang ilmuwan menggambar sebuah lingkaran di pasir dengan sebuah tongkat. Hoja terlihat marah, mengambil tongkat itu dan membagi lingkaran menjadi dua.

Sang ilmuwan menggambar sebuah garis lain secara melintang yang membagi lingkaran menjadi empat bagian. Hoja berpura-pura mengambil tiga bagian untuk dirinya sendiri dan mendorong satu bagian ke arah sang ilmuwan.

Sang ilmuwan lalu mengangkat tangannya ke atas kepalanya dan menggerak-gerakkan jari-jari tanganya, lalu perlahan-lahan menurunkan tangannya ke tanah. Hoja melakukan hal yang sama namun dengan arah berlawanan, menggerakkan tangannya dari bawah ke atas.

Dan, hal itu menyelesaikan ujian dari sang ilmuwan—yang diuraikannya secara pribadi kepada Dewan Kota demikian:

“Hoja itu orang yang sangat pandai. Saya menyatakan bahwa bumi itu bulat dan ia setuju, tapi ia menambahkan bahwa bumi juga mempunyai garis katulistiwa. Ketika saya membagi bumi menjadi empat, ia mengatakan bahwa 3 bagiannya adalah air dan satu bagian adalah daratan. Saya tak bisa menyangkal itu. Akhirnya saya menanyakan, dari mana asalnya hujan? Dan ia menjawab dengan tepat bahwa air naik ke langit dalam bentuk uap, menjadi awan, dan kemudian kembali dalam bentuk hujan.”

Ketika melihat Hoja sedang sendirian, seorang penduduk kota bertanya apa sebenarnya tantangan sang ilmuwan tadi? Hoja berkata:

“Begini, pertama-tama dia mengatakan bahwa kami mempunyai seloyang baklava (Baklava adalah makanan penutup, semacam kue manis yang rasanya sangat sedap dengan rajangan kacang -- red.). Lalu kukatakan, ‘Kamu tidak bisa memakannya sendiri. Jadi, aku ambil setengahnya.’ Lalu ia menjadi sedikit kasar, ‘Bagaimana kalau dibagi jadi empat?’ Itu mengecewakanku, jadi kukatakan, ‘Aku ambil tiga, dan kamu satu saja.’ Hal itu kukira cukup membuatnya tenang, karena melalui gerakan tangannya, ia mau mengatakan, ’Baiklah, bagaimana kalau kutambahkan rajangan kacang di atas baklava kita?’ Aku pun menjadi tenang dan berkata, ’Aku setuju, tapi kau harus membakarnya dengan api yang besar, karena api arang tak cukup panas.’ Ketika kukatakan hal itu, ia tahu bahwa aku benar dan ia mengaku kalah.”

Orang yang berbeda ternyata bisa memahami satu hal dengan cara yang sama sekali lain.  


Sumber:
Nasreddin Hodja, Erol Beymen


::
home ::
index ::

 

: Kirim Berita Anda : Kontak Webservant :

Copyright ©1999-2002, Gereja Kristen Indonesia. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.
Address: Jl. Gading Indah III NF-1/20, Kelapa Gading Permai, Jakarta, Indonesia.
Phone: 62 21 4530971 : Fax: 62 21 4502814