Kemudian Calveras berkata kepada de
Mello, “Yang kaulakukan adalah berpikir. Engkau tidak berdoa.”
Lantas yang dikatakan Calveras berikut ini sa-ngat menarik. Menurutnya,
buah doa tidak diperoleh lewat berpikir — meditasi ataupun refleksi.
Buah itu semata-mata adalah anugerah Allah. Meskipun refleksi
dapat membantu, tapi anugerah itu hanya dapat kita peroleh dengan
memohon, dengan meminta-minta. “Maka mohonlah anugerah itu dan Tuhan
akan memberikannya kepadamu. Mohonlah rahmat doa. Mohonlah rahmat agar
engkau dapat mengalami kasihNya,” ujar Calveras.
Menurut de Mello, itulah yang me-nyebabkan
Calveras dapat menjadi “guru” doa. Ia sungguh percaya bahwa yang
harus kita lakukan adalah memohon kepada Tuhan apa yang kita butuhkan
dan Tuhan tidak akan mengecewakan kita. “Kunci doa adalah permohonan.
Tangan yang terulur memohon akan memperoleh hal-hal yang tidak dapat
diperoleh oleh tangan yang memegang kepala sementara orang berpikir,”
ujar Calveras lagi.
Doa mohon rahmat Tuhan adalah doa yang
sangat mudah. Kesulitannya justru doa itu rasanya terlalu mudah. Semua
orang Kristen tentu tahu cara berdoa—dengan satu atau lain cara. Tapi
yang kerap tidak dilakukan adalah kembali kepada doa yag sederhana, yang
diucapkan dengan permohonan kepada Tuhan. “Seorang anak pun dapat
melakukannya,” ujar de Mello, “Tapi inilah kesulitan bagi kebanyakan
di antara kita: Kita tidak lagi anak, sehingga kita lupa cara berdoa.”
De Mello lantas mengisahkan bahwa ia
bertemu dengan banyak imam, biarawan-biarawati, yang berdoa jauh lebih
baik sebelum mereka masuk seminari daripada sesudahnya. (Mungkin
begitu juga dengan pendeta-pendeta kita? Atau sebagian besar di antara
kita setelah kita dewasa?) Dulu kita menghadap Allah dengan segala
kebutuhan kita — mohon rahmat agar lulus ujian, untuk kesehatan, untuk
keberhasilan usaha kita. Lalu kita maju dan mempelajari banyak gagasan
unggul — yang mengatakan bahwa Allah membantu orang-orang yang
menolong dirinya sendiri…, bahwa kita tidak dapat mengubah kehendak
Allah..., dst. “Maka kita tidak lagi mengharapkan mujizat. Kita
berhenti mohon mujizat, dan campur tangan Allah dalam hidup kita menjadi
semakin sedikit,” ujar de Mello. Padahal yang sangat penting bagi
kehidupan spiritual umat percaya adalah keteguhan, kekuatan rohani,
keberanian dan ketekunan. Dan untuk itu kita harus mohon, mohon, dan
mohon; berdoa, berdoa, dan berdoa. Karenanya bagi de Mello, dalam setiap
doa, kita harus menjadi seorang anak yang datang kepada Bapanya.
Dalam salah satu tulisannya, Calveras
menjelaskan bahwa doa bersuara yang sederhana dan doa seruan adalah
jalan menuju pengalaman ilahi. Kita suka merasa bahwa doa seperti itu
adalah doa bagi para pemula dan orang-orang yang tak terpelajar. Tapi
bagi Calveras dan siapapun yang mempunyai pengalaman dalam doa, itu
adalah doa bagi orang-orang dewasa.